Ucapan ini
sering dilontarkan pada teman yang masih jomblo, belum menikah atau belum
memiliki anak ketika berhadapan dengan orang lain seusianya yang sudah lebih
dulu memasuki fase-fase kehidupan tadi. Bisa jadi ini doa tetapi sering juga
bernada ejekan seperti “ayo kapan nyusul?” lalu mulai mengabsen orang-orang yang belum
masuk ke fase tersebut.
Bahkan
untuk saya yang sudah menikah, mendengar orang lain disemangati untuk segera
menikah masih terasa mengganggu di telinga. Mungkin karena pada umumnya yang
biasanya disemangati adalah para perempuan, meskipun ada juga laki-laki yang
mengalami situasi serupa.
Menikah
adalah pilihan dan bukan perlombaan. Menjadi perempuan lajang di usia 30an
bukanlah dosa dan tidak perlu mengundang prihatin. Tidak semua perempuan
melajang karena “tidak laku”. Toh mereka bukan dagangan. Sebagian melajang
karena pilihan atau karena belum menemukan orang yang cocok. Sepenuhnya itu
adalah hak mereka. Menikah lebih dulu tidak menjamin lebih bahagia, dan
melajang tidak berarti hidupnya lebih menyedihkan. Jadi berhentilah mengasihani
para lajang berlebihan. Doakan saja mereka bahagia dan menemukan apa yang
mereka cari dalam hidup. Entah itu pasangan hidup, tujuan hidup, atau lainnya.
“Menikah
lebih baik daripada berzinah” kata mereka. Oo… tidak seperti itu kisanak. Siapa
bilang melajang lalu berzinah? Dan sadarilah bahwa bagi sebagian orang, tujuan
mereka menikah bukan hanya legalisasi terhadap hubungan seksual antara
laki-laki dan perempuan. Sungguh itu terlalu merendahkan arti sakral
pernikahan.
Sulit untuk
menyalahkan orang-orang yang sering bertanya”kapan nyusul?” atau menyemangati “ayo
segera menyusul” karena begitulah lazimnya ekspektasi sosial dalam budaya kita.
Lulus, bekerja, menikah, punya anak, membesarkan anak, dan seterusnya. Mungkin
saya saja yang aneh. Hahaha…
Mungkin ada
yang berkomentar, “orang lain yang disemangati, kok situ yang sensi? Nggak bahagia
ya pernikahannya?”. Well, I don’t give a sh*t. Tidak ada orang yang selalu
bahagia sama seperti tidak ada orang yang selalu sedih hidupnya. I learn to enjoy
every moment in my life, whether it’s a rainy day or a day full of sunshine. Tapi
saya tahu, dalam suatu pernikahan banyak kompromi, banyak saat-saat menahan
diri, dan banyak penyesuaian. Menikah tidak berarti otomatis bahagia, tidak.
Apalagi jika menikah dengan orang yang salah hanya untuk memenuhi harapan lingkungan
sosial. It is OK to be different and everyone’s timeline is not always the
same. Buat yang masih single dan berharap bertemu jodohnya semoga disegerakan
dan bagi yang masih ingin mengejar cita-cita, menemukan tujuan hidupnya, just
go on.